Sabtu, 28 November 2009

Sinopsis Film 2012

Pemberitaan tentang Film Kiamat 2012 sudah beredar semenjak setahun yang lalu, dan kini film tersebutpun sudah siap untuk diedarkan dipasaran, dan kembali pemberitaan mengenai film tersebut kini sedang hangat-hangatnya dibahas oleh berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik.

Film Kiamat 2012, film terbaru yang terinspirasi dari ramalan Kalender Maya Kuno memang banyak menjadi perhatian publik, karena selain difilmkan, mitos tentang kiamat pada tahun 2012 memang sudah banyak beredar diberbagai web dan blog di media maya dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.

Bagaimana sebenarnya penggambaran kiamat yang akan tampil pada film Kiamat 2012? berikut adalah sinopsi selengkapnya, dimana sinopsis berikut ini blog Karo Cyber peroleh dari situs kompas.

Awal Cerita Film Kiamat 2012

Film diawali dengan adegan yang berlokasi di India. Seorang ilmuwan setempat, Dr Satnam Tsurutani (Jimi Mistry), menemukan fakta bahwa inti dari kulit bumi mengalami kenaikan suhu karena efek yang diakibatkan oleh sebuah ledakan besar di permukaan matahari (sun flare).

Menurut perhitungan para ahli, dampak ledakan itu membuat gerakan pada inti bumi. Akibatnya, lempeng bumi yang selama ini menopang daratan di bumi bakal patah dan akan mengakibatkan gempa bumi yang sangat dahsyat.

Atas dasar perhitungan itulah, Dr Adrian Helmsley (Chiwetel Ejiofor), sahabat Dr Satnam, membuat laporan ke Gedung Putih bahwa kiamat akan tiba. Adrian bertemu kepala staf presiden, Carl Anheuser (Oliver Platt). Carl yang semula meremehkan temuan bumi terus memanas itu langsung terkejut dan merespons.

Temuan tersebut kemudian dibawa ke pertemuan negara-negara G8 di tahun 2010. Dalam kesempatan itu, Presiden Amerika Serikat Thomas Wilson (Danny Glover) menyampaikan kepada para petinggi dunia bahwa bumi akan dilanda musibah besar terkait inti bumi yang terus memanas.

Sejak itu dimulailah sebuah rencana besar. Semua negara sepakat memilih China sebagai tempat untuk membuat sejumlah bahtera besar, barangkali mirip bahtera Nabi Nuh, yang tak lain akan digunakan saat bencana besar tiba.

Sementara itu, diceritakan kisah lain tentang kehidupan seorang penulis buku berjudul Farewell Atlantis, Jackson Curtis (John Cusack). Ia datang ke rumah mantan istrinya, Kate Curtis (Amanda Peet), untuk menjemput anak mereka, Noah (Liam James) dan Lily (Morgan Lily), berkemah.

Dengan limusin, mereka tiba di lokasi perkemahan Yellowstone. Namun, setibanya di sana ada tanda larangan masuk menuju danau Yellowstone. Curtis dan kedua anaknya nekat menerobos larangan itu. Di sana mereka kaget karena danau tersebut lenyap karena pemanasan bumi.

Saat berkemah, Curtis bertemu Charlie Frost (Woody Harrelson), seorang penyiar radio yang berpenampilan seperti orang gila. Charlie memberitahu bahwa bumi akan segera dilanda bencana dahsyat. Lewat Charlie juga Curtis tahu bahwa Charlie punya peta lokasi pesawat yang bisa menyelamatkan manusia dari bencana itu.

Curtis pun terpaksa pulang lebih cepat, ketika mantan istrinya meminta agar anak-anak segera kembali. Kate sedikit trauma karena ia baru saja mengalami gempa. Setelah anak-anak kembali ke rumah ibunya, Curtis kembali bertugas mengantar anak kembar bosnya, Yuri Karpov (Zlatko Buric).

Sewa pesawat

Curtis mulai memercayai omongan Charlie tentang kiamat saat dia menyaksikan jalan di bandara terbelah karena gempa. Curtis lalu berinisiatif menyewa pesawat dan seorang pilot untuk menyelamatkan keluarganya dengan bayaran jam tangan mahal miliknya.

Dari sini ketegangan pun dimulai. Kiamat yang diramalkan banyak pihak terjadi, dimulai dari gempa bumi di mana-mana. Curtis pun ngebut ke rumah istrinya untuk menjemput Kate dan anak-anaknya.

Setelah berhasil menyelamatkan keluarganya plus pacar Kate, Gordon Silberman (Tom McCarthy), Curtis segera memacu limusinnya ke bandara. Penonton diajak menahan napas melihat mobil mewah itu meliuk-liuk menghindari gedung-gedung yang runtuh serta jalanan yang menganga karena gempa dahsyat.

Rombongan ini pun tiba di bandara. Namun sial, pilot yang disewa Curtis tewas. Akhirnya, Gordon yang pernah kursus pilot didapuk menjadi pilot dadakan. Berpacu dengan waktu, pesawat itu pun akhirnya bisa mengudara. Dari dalam pesawat mereka melihat bencana yang luar biasa. Semuanya hancur dan luluh lantak.

Di Gedung Putih, Dr Adrian mendapat kabar bahwa kenaikan suhu inti bumi terus naik dengan cepat. Hal ini membuat Adrian terkejut lantaran perkiraannya meleset. Kiamat datang lebih cepat. Pemerintah pun segera melakukan penyelamatan. Sayang, Presiden Thomas menolak dievakuasi ke China. Ia memilih tinggal bersama rakyatnya.

Akhirnya sebuah tsunami setinggi ribuan meter menghantam Gedung Putih dan seisinya. Bahkan saking dahsyatnya, kapal induk John F Kennedy CV-63 pun terpental hingga menghantam Gedung Putih.

Gempa dan tsunami terjadi di seluruh belahan dunia. Bumi mengalami kehancuran total. Diceritakan bahwa kutub selatan dan utara telah bergeser. Semua daratan bergeser sejauh ribuan mil dari lokasi semula.
Dalam bencana itu, hanya sedikit yang bisa selamat, termasuk rombongan pesawat Air Force One yang bergerak ke China, menuju "Bahtera Nuh" dibuat. Ternyata tanpa disangka Curtis dan keluarganya bisa sampai China menggunakan pesawat Antonov yang dipiloti Shasha, anak buah Yuri, dan Gorgon sebagai kopilot.

Rombongan Curtis kemudian ditinggal oleh Yuri dan anak kembarnya karena mereka punya tiket naik ke kapal besar tersebut. Dalam keputusasaannya, Curtis dan keluarga mendapat tumpangan seorang biksu yang ternyata menuju ke bahtera raksasa itu.

Di sini kembali penonton dibuat tegang karena mendadak pintu kapal dibuka. Gordon pun menjadi korban. Tapi saat pintu kapal akan ditutup lagi, sebuah perkakas jatuh dan mengganjal roda penggerak pintu. Mereka yang di dalam kapal panik karena mesin tidak bisa dinyalakan jika pintu masih terbuka. Padahal saat itu, sebuah tsunami setinggi gunung sudah menuju ke arah kapal itu.

Alur

Kisah film 2012 ini sepintas tak jauh berbeda dengan film soal bencana besar di bumi, seperti The Day After Tomorrow (2004) dan Deep Impact (1998). Hanya, film 2012 lebih hebat dan dahsyat penggambarannya. Efek visualnya terlihat lebih nyata. Ya, ini sebanding dengan ongkos produksi film ini yang mencapai 200 juta dollar AS.

Meski dari sisi efek visual patut diacungi jempol, tidak demikian dengan alur ceritanya. Jika Anda sering nonton film Hollywood, cukup banyak alur atau adegan yang bisa ditebak. Misalnya, saat Curtis terjatuh saat mengambil peta, adegan dibuat seolah Curtis telah mati. Sejurus kemudian muncul jari tangan Curtis dari bibir tebing dan selamatlah Curtis.

Lewat film 2012 ini setidaknya penonton bisa melihat gambaran bagaimana dunia (sedikit) hancur karena kekuatan alam yang amat dahsyat. Mungkin penyebutan kiamat untuk film ini tidak tepat, lantaran masih ada manusia yang selamat.

Mungkin lebih tepat bencana besar, seperti yang terjadi di zaman Nabi Nuh, di mana banjir besar melanda bumi, dan Nuh bisa selamat setelah naik sebuah bahtera berisi semua jenis binatang dan tumbuhan agar bisa melanjutkan hidup pascabencana.

Film ini juga mengandung pesan bahwa semua milik manusia tidak ada yang abadi. Manusia tidak berdaya kala alam mengamuk dengan segala kekuatannya.

Kita juga disadarkan bahwa semua seluruh manusia adalah bersaudara. Saat menghadapi bencana tak ada lagi si kaya dan si miskin, tak ada lagi kelompok agama, suku, dan ras. Namun jika kita baru sadar bahwa manusia adalah bersaudara dengan manusia lain saat bencana tiba, maka rasanya terlalu mahal harga yang dibayarkan.

Yang terpenting bagi kita adalah melakukan hal terbaik untuk kita, saudara – saudara kita seagama, sebangsa, dan seluruh alam seisinya sebagai bekal untuk kehidupan kita selanjutnya.

Selasa, 10 November 2009

Hanya kepada Mu kami mengabdi

Bismillahirrahmanirrahiim
Tidak ada tempat meminta pertolongan kecuali kepada-Nya. Segala puji bagi Allah. tidak ada pujian kecuali bagi-Nya. Aku memuja-mujiMu wahai Rabb-ku, sebagaimana Engkau ajarkan kami cara memuji-Mu. Dan salawat serta salam semoga selalu disampaikan kepada makhluk-Nya yang terbaik, sayyidina Muhammad.
Seluruh makhluk selain manusia, hidup mengalir secara mekanis berdasarkan kehendak Allah, dan terbebas dari kesalahan melakukan pilihan bagi dirinya.

Allah SWT saat menganugerahkan kepada manusia, sang makhluk yang berkuasa atas makhluk lain di dunia ini, potensi untuk melakukan pilihan bebas itu; akan amat senang jika manusia datang dan bersimpuh di hadapan Rabb-nya dengan sepenuh hati dan kesukarelaan dirinya. Karena terdapat perbedaan secara diametral antara makhluk yang telah diprogram untuk tunduk kepada Allah SWT dan berjalan mengalir sesuai ketetapan yang telah dibuat oleh Allah SWT; sehingga makhluk seperti ini tidak diberikan sipat sebagai kekasih Allah; dengan makhluk yang diberikan pilihan bebas untuk tunduk atau tidak, dan untuk taat dan tidak. Oleh karena itu, dengan potensi kemampuan manusia untuk melakukan pilihan bebas itu, Allah SWT menghendaki manusia untuk tunduk kepada-Nya sesuai dengan kehendak hatinya secara jujur, dan memilih untuk taat kepada Allah SWT dengan dorongan keimanannya itu.

Di sini, seakan-akan Allah SWT menjelaskan tentang beban-beban hukum yang telah diembankan-Nya kepada manusia; seperti menjaga diri dari mencemarkan nama baik orang lain, menjaga diri dari memakan harta orang lain dengan cara yang diharamkan, menjaga diri dari membunuh manusia dan sebagainya; dengan penjelasan sebagai berikut: "Saat menghadapi suatu kenyataan yang mengecewakan [seperti terlanjur mengerjakan suatu dosa kecil, misalnya], hendaknya kalian tidak bersikap putus asa, karena Aku akan menutupi dosa-dosa kecil kalian jika kalian meninggalkan dosa-dosa besar: ibadah shalat ke ibadah shalat yang lain adalah menjadi penghapus dosa-dosa kecil yang terlanjur dilakukan di antara keduanya, shalat jum'at ke shalat jum'at yang berikutnya menjadi penghapus dosa-dosa kecil yang terlanjur dilakukan di antara kedua masa itu, dan dari satu ibadah puasa Ramadhan ke Ramadhan berikutnya menjadi penghapus bagi dosa-dosa kecil yang terlanjur dilakukan pada masa di antara keduanya. Namun dengan syarat kalian tidak terus menerus melakukan dosa-dosa kecil itu. Mengapa? Karena saat engkau melakukan sesuatu perbuatan dosa kecil, bayangkanlah jika tiba-tiba engkau meninggal dunia sebelum sempat beristighfar dan bertaubat atas dosa itu. Oleh karena itu, janganlah engkau berkata: "aku akan lakukan dosa [kecil ini] dan nantinya aku akan beristighfar dan bertaubat". Hal itu tidak terjamin dapat dilakukan olehmu, pada saat yang sama engkau juga seperti sedang mengejek Tuhan-mu.
Para ilmuwan dianggap memiliki Tuhan yang berbeda dari kaum teolog. Seperti apakah Tuhan mereka?
Semakin para ilmuwan mendalami bidang ilmunya, semakin ia menemukan nuansa spiritual di dalamnya. Dan karenanya, semakin tinggi keyakinan mereka terhadap keberadaan Tuhan. Ungkapan semacam ini sering dilontarkan para ilmuwan yang berubah menjadi pendakwah agama. Dr. Imaduddin Abdul Rahim (fisika) dan Dr Dadang Hawari (kedokteran) adalah contohnya.
adalah Albert Einstein, ilmuwan tetap mempertahankan agama kendati sibuk memecahkan persoalan-persoalan ilmiah.
Dr Maurice Bucaile, ilmuwan asal Perancis yang tertarik terhadap Islam karena mendalami kajian biologi dan hubungannya dengan beberapa doktrin agama.
Benarkah para ilmuwan berkecenderungan demikian? Jika Anda buka literatur fisika, mungkin Anda akan kecewa. Karena, terlalu banyak tokoh-tokoh ilmuwan yang ternyata ateis, atau paling kurang agnostis terhadap persoalan-persoalan metafisika.
Sebutlah Steven Weinberg, Carl Sagan, Roger Penros, Richard Feynman, dan Stephen Hawking. Tokoh-tokoh ini adalah fisikawan sejati yang banyak menelurkan karya dan teori ilmiah. Simaklah apa kata mereka tentang Tuhan!
"Betapa alam raya berjalan penuh dengan keteraturan berdasarkan hukum-hukumnya, sehingga ia tak perlu lagi sang pengatur," tulis Carl Sagan dalam Cosmos, karya monumentalnya. "Semakin kosmologi" menyingkap alam raya ini, semakin tampak bagi kita betapa tak bertujuannya jagat raya ini," ungkap Steven Weinberg, peraih hadiah Nobel dalam bidang fisika pada 1979.
Begitulah, bagi para ilmuwan itu, teori ledakan besar (big bang), teori yang paling dekat kaitannya dengan penciptaan, hampir tak menyisakan ruang buat Tuhan untuk berkarya. "Semuanya berjalan menurut hukum fisika yang rumit dan sempurna," tulis seorang fisikawan.
Jalan Pikiran Tuhan
Benarkah para ilmuwan seradikal itu dalam memandang Tuhan? Jawabannya, mungkin ya mungkin tidak. Jika Anda percaya pada sebuah penelitian di AS tahun lalu, hanya 40 persen ilmuwan di negeri Paman Sam itu yang percaya adanya Tuhan. Sisanya adalah para ilmuwan yang ateis dan agnostik (Newsweek, 27/7).
Tapi jika melihat sebuah konferensi tentang agama dan ilmu pengetahuan yang digelar di AS bulan lalu, para ilmuwan adalah manusia-manusia "beriman" dan, dalam beberapa hal, percaya dengan kebenaran agama. "Jika Anda menyadari bahwa hukum alam telah melahirkan jagat raya yang begitu teratur, maka hal itu pastilah tidak terjadi semata-mata karena kebetulan. Tapi mesti ada tujuan di balik itu semua," kata John Polkinghorne, ahli fisika yang kini menjadi pendakwah Gereja Anglikan.
"Banyak orang merasakan bahwa pastilah ada sesuatu yang mahapintar di balik kehebatan hukum alam."
Sekitar 300 ilmuwan yang hadir dalam konferensi tersebut memang tidak semuanya percaya kepada Tuhan. Namun, mereka memiliki konsepsi tersendiri tentang Tuhan. John Barrow, misalnya, menganggap adanya ruang buat spiritualitas dalam setiap kajian keilmiahan. Padahal, fisikawan Inggris yang dianggap terbesar setelah Stephen Hawking itu selama ini dikenal kurang peduli terhadap agama.
Para ilmuwan memang memiliki konsepsi tersendiri tentang Tuhan. Tuhan mereka, seperti dikatakan banyak pengamat agama, tidaklah terpersonalisasi seperti yang diajarkan para teolog. Karenanya Dr Karlina Leksono, astronom Indonesia yang kini mengajar filsafat di UI, keberatan kalau orang seperti Stephen Hawking dikategorikan sebagai ilmuwan yang ateis. "Dia bukan ateis, tapi sedikit agnostik," katanya dalam suatu kesempatan kepada UMMAT.
Sifat agnostik Hawking diperlihatkan dalam tulisan-tulisannya yang agak keras mengkritik Tuhan para teolog. Kendati demikian, ia meyakini keberadaan Tuhan, dan mempercayai bahwa dengan kosmologi yang dibangunnya, suatu saat, ia bisa melihat jalan pikiran Tuhan (the mind of God).
Persoalannya barangkali, mampukah ilmu pengetahuan itu menyingkap Tuhan? Para ilmuwan yang beriman meyakini bahwa ilmu pengetahuan, kendati tak secara langsung membawa para ilmuwan ke hadapan Tuhan, bisa menggiring mereka ke arah itu. "Kendati sains tak dapat membuktikan eksistensi Tuhan, ia dapat membisikkan kepada ilmuwan di mana jejak-jejak Tuhan itu bisa dicari," ujar seorang ilmuwan.
Para ilmuwan "ateis" sendiri tak terlalu memperdulikan apakah Tuhan itu ada atau tidak, dan apakah ilmu pengetahuan bisa atau tidak mengungkapnya. Namun, mereka sepakat dengan kaum beriman bahwa tujuan agama dan sains kedua-duanya sama, yakni mencari kebenaran sejati di dunia ini.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." [Al Baqarah: 30]